Legenda Ramayana




  • Asal-usul Ramayana
Dalam agama Hindu, Rama (Sanskerta: राम; Rāma) atau Ramacandra (Sanskerta: रामचन्द्र; Rāmacandra) adalah seorang raja legendaris yang terkenal dari India yang konon hidup pada zaman Tretayuga, keturunan Dinasti Surya atau Suryawangsa. Ia berasal dari Kerajaan Kosala yang beribukota Ayodhya. Menurut pandangan Hindu, ia merupakan awatara Dewa Wisnu yang ketujuh yang turun ke bumi pada zaman Tretayuga. Sosok dan kisah kepahlawanannya yang terkenal dituturkan dalam sebuah sastra Hindu Kuno yang disebut Ramayana, tersebar dari Asia Selatan sampai Asia Tenggara. Terlahir sebagai putera sulung dari pasangan Prabu Dasarata dengan Kosalya, ia dipandang sebagai Maryada Purushottama, yang artinya "Manusia Sempurna".


Ramayana terdapat pula dalam khazanah sastra Jawa dalam bentuk kakawin Ramayana, dan gubahan-gubahannya dalam bahasa Jawa Baru yang tidak semua berdasarkan kakawin ini. Kakawin Rāmâyaṇa adalah kakawin (syair) berisi cerita Ramayana. Ditulis dalam bentuk tembang berbahasa Jawa Kuno, diduga dibuat di Mataram Hindu pada masa pemerinthan Dyah Balitung sekitar tahun 820-832 Saka atau sekitar tahun 870 M. kakawin ini disebut-sebut sebagai adikakawin karena dianggap yang pertama, terpanjang, dan terindah gaya bahasanya dari periode Hindu-Jawa.

Dalam bahasa Melayu didapati pula Hikayat Seri Rama yang isinya berbeda dengan kakawin Ramayana dalam bahasa Jawa kuna.

Ramayana dibagi menjadi tujuh kitab atau kanda sebagai berikut:

1. Balakanda
2. Ayodhyakanda
3. Aranyakanda
4. Kiskindhakanda
5. Sundarakanda
6. Yuddhakanda
7. Uttarakanda

  • Cerita Ramayana
Wiracarita Ramayana menceritakan kisah Sang Rama yang memerintah di Kerajaan Kosala, ibukotanya Ayodhya. Sebelumnya diawali dengan kisah Prabu Dasarata yang memiliki tiga permaisuri, yaitu: Kosalya, Kekayi, dan Sumitra. Dari Dewi Kosalya, lahirlah Sang Rama. Dari Dewi Kekayi, lahirlah Sang Bharata. Dari Dewi Sumitra, lahirlah putera kembar, bernama Lakshmana dan Satrugna. Keempat pangeran tersebut sangat gagah dan mahir bersenjata.

Pada suatu hari, Rsi Wiswamitra meminta bantuan Rama untuk melindungi pertapaan di tengah hutan dari gangguan para rakshasa. Setelah berunding dengan Prabu Dasarata, Rsi Wiswamitra dan Rama berangkat ke tengah hutan diiringi Lakshmana. Selama perjalanannya, Rama dan Lakshmana diberi ilmu kerohanian dari Rsi Wiswamitra. Mereka juga tak henti-hentinya membunuh para rakshasa yang mengganggu upacara para Rsi. Ketika mereka melewati Mithila, Sang Rama mengikuti sayembara yang diadakan Prabu Janaka, yaitu mengangkat serta membengkokkan busur Siwa. Namun saat Rama tampil ke muka, ia tidak hanya mampu mengangkat serta membengkokkan busur Siwa, namun juga mematahkannya menjadi tiga. Saat busur itu dipatahkan, suaranya besar dan menggelegar seperti guruh. Melihat kemampuan istimewa tersebut, Rama berhasil memenangkan sayembara dan berhak meminang Sinta, puteri Prabu Janaka.

Dasarata yang sudah tua ingin mengangkat Rama sebagai raja. Dengan segera ia melakukan persiapan untuk upacara penobatan Rama, namun Kaikeyi, salah seorang istri raja Dasarata yang bukan ibu Rama berkata bahwa sri baginda pernah berjanji bahwa Bharata lah yang akan menjadi raja. Maka dengan berat hati raja Dasarata mengabulkannya karena memang pernah berjanji demikian. Kaikeyi juga meminta agar Rama dibuang ke tengah hutan selama 14 tahun. Kemudian Rama, Sinta dan Lakshmana pergi meninggalkan istana. 

Tak berapa lama kemudian, Prabu Dasarata wafat dalam kesedihan. Pada saat Rama sudah pergi, Bharata baru saja pulang dari rumah pamannya dan tiba di Ayodhya. Ia mendapati bahwa ayahnya telah wafat serta Rama tidak ada di istana. Kekayi menjelaskan bahwa Bharata-lah yang kini menjadi raja, sementara Rama mengasingkan diri ke hutan. Bharata menjadi sedih mendengarnya, kemudian menyusul Rama. Bharata merasa tidak pantas menjadi raja dan meminta Rama untuk kembali. Tetapi Rama menolak karena ia terikat oleh perintah ayahnya dan memberikan sandalnya kepada Bharata sebagai lambang kekuasaannya.

Saat menjalani masa pengasingan di hutan, Rama dan Laksmana didatangi seorang rakshasa bernama Surpanaka. Ia mengubah wujudnya menjadi seorang wanita cantik dan menggoda Rama dan Laksmana. Rama menolak untuk menikahinya dengan alasan bahwa ia sudah beristri, maka ia menyuruh agar Surpanaka membujuk Lakshmana, namun Lakshmana pun menolak. Surpanaka iri melihat kecantikan Sinta dan hendak membunuhnya. Dengan sigap Rama melindungi Sinta dan Lakshmana mengarahkan pedangnya kepada Surpanaka yang hendak menyergapnya, dan membuat hidung Surpanaka terluka. Surpanaka mengadukan peristiwa tersebut kepada kakaknya Rahwana di Kerajaan Alengka. Rahwana marah dan hendak membalas perbuatan Rama. Ia mengajak patihnya yang bernama Marica untuk melaksanakan rencana liciknya.

Pada suatu hari, Sinta melihat seekor kijang yang sangat lucu sedang melompat-lompat di halaman pondoknya. Rama dan Lakshmana merasa bahwa kijang tersebut bukan kijang biasa, namun atas desakan Sinta, Rama memburu kijang tersebut sementara Lakshmana ditugaskan untuk menjaga Sinta. Kijang yang diburu Rama terus mengantarkannya ke tengah hutan. Karena Rama merasa bahwa kijang tersebut bukan kijang biasa, ia memanahnya. Seketika hewan tersebut berubah menjadi Marica, patih Sang Rahwana. Saat Marica sekarat, ia mengerang dengan keras sambil menirukan suara Rama. Merasa bahwa ada sesuatu yang buruk telah menimpa suaminya, Sinta menyuruh Laksmana agar menyusul Rama ke hutan.

Dikarenakan Lakshmana tidak segera menyusul Rama, Sinta mempunyai prasangka bahwa Laksmana sengaja membiarkan Rama celaka. Maka kemudian keluarah kata-kata dari mulut Sinta: “Apakah jika kakanda Rama mati, aku bersedia menjadi istrimu?” Tuduhan Sinta atas dirinya itu sungguh sangat menyakitkan dan tak berdasar. Untuk membuktikan bahwa di hati Laksmana tidak terbersit sedikit pun niat untuk memiliki Sinta maka Laksmana menghilangkan ke-lelaki-annya dan berjanji akan hidup wadat. Selanjutnya Laksmana meninggalkan Sinta sendirian, namun sebelumnya ia menggoreskan rajah disekeliling Sinta.

Sepeninggal Laksmana, Sinta keluar dari goresan rajah yang mengelilinginya karena terpancing rasa belaskasihan dari seorang brahmana tua yang kehausan dan kelaparan. Ternyata brahmana tua tersebut merupakan penjelmaan Dasamuk.

Pada saat Sinta dibawa terbang Dasamuka, seekor burung Jatayu berniat menolong Sinta. Maka dengan sayapnya yang besar dan perkasa Jatayu berhasil menjatuhkan Dasamuka dan merebut Sinta. Dalam sekejap Sinta telah berpindah tangan, dari tangan Dasamuka berpindah ke sayap Jatayu. Dikarenakan secara psikologi Sinta mendapat goncangan hebat dan beruntun, maka jiwanya pun tergoncang. Seperti yang di alami Laksmana, niat baik Jatayu justru menimbulkan prasangka buruk di hati Sinta, sehingga keluarlah kata-kata yang menyakitkan dari mulut Sinta. “Aku tidak mau menjadi isterinya seorang raksasa apalagi menjadi isterinya seekor burung.” Burung Jatayu yang sedang membawa Sinta tergoncang hatinya karena kata-kata Sinta yang merendahkan dirinya. Akibatnya ia lengah, sayapnya berhasil ditebas dengan pedang Mentawa, dan Sinta pun berhasil direbut kembali oleh Dasamuka, untuk dibawa terbang ke negara Alengka.

Setelah mendapati bahwa Sinta sudah menghilang, perasaan Rama terguncang. Laksmana mencoba menghibur Rama dan memberi harapan. Mereka berdua menyusuri pelosok gunung, hutan, dan sungai-sungai. Akhirnya mereka menemukan darah tercecer dan pecahan-pecahan kereta, seolah-olah pertempuran telah terjadi. Tak lama kemudian mereka menemukan seekor burung tua sedang sekarat, Burung tersebut bernama Jatayu, sahabat Raja Dasarata. Rama mengenal burung tersebut dengan baik dan dari penjelasan Jatayu, Rama tahu bahwa Sinta diculik oleh Rahwana.

Dalam misi menyelamatkan Sinta, Rama dan Lakshmana melanjutkan perjalanannya sampai ke sebuah daerah yang dihuni para kera dengan rajanya bernama Sugriwa. Rama dan Sugriwa mengadakan perjanjian bahwa mereka akan saling tolong menolong, Rama berjanji akan merebut kembali Kerajaan Kiskenda dari Subali sedangkan Sugriwa berjanji akan membantu Rama mencari Sinta. Kemudian Sugriwa dan Rama beserta rombongannya pergi menuju kediaman Subali di Kiskenda. Di sana Subali dan Sugriwa bertarung. Setelah pertarungan sengit berlangsung agak lama, Rama mengakhiri riwayat Subali. Sesuai dengan janjinya, Sugriwa bersedia membantu Rama mencari Sinta.

Sugriwa mengirim seekor wanara untuk datang menemui Sinta di Taman Asoka. Wanara itu bernama Hanoman, dia mengaku sebagai utusan Rama. Awalnya Sinta tidak percaya, namun Hanoman lalu menyerahkan cincin milik Sinta yang dulu dibuang ketika diculik Rahwana dan telah berhasil ditemukan oleh Rama. Saat itu, Hanoman juga mengajak Sinta untuk meninggalkan Alengka bersama dirinya, namun Sinta menolak, karena ia ingin Rama yang datang sendiri ke Alengka untuk merebutnya dari tangan Rahwana dengan gagah berani. Hanoman pun tidak bisa memaksa Sinta, ia kembali  dan menyampaikan hal itu kepada Rama.  Atas petunjuk Hanoman, bala tentara wanara berangkat menuju Kerajaan Alengka.

Rawana yang tahu kerajaannya diserbu, mengutus para sekutunya termasuk puteranya Indrajit untuk menggempur Rama. Nasihat Wibisana (adiknya Rahwana) diabaikan dan ia malah diusir. Akhirnya Wibisana memihak Rama. Indrajit melepas senjata nagapasa dan memperoleh kemenangan, namun Ia gugur di tangan Lakshmana. Setelah sekutu dan para patihnya gugur satu persatu, Rawana tampil ke muka dan pertarungan berlangsung sengit. Dengan senjata panah Brahmāstra yang sakti, Rawana gugur sebagai ksatria. Tahta Kerajaan Alengka diserahkan oleh Rama kepada Wibisana.

Setelah mandi dan bersuci, Sinta akhirnya menemui Rama. Ternyata Rama merasa sangsi terhadap kesucian Sinta, karena istrinya itu sudah tinggal di dalam istana musuh dalam waktu yang cukup lama. Menyadari hal itu, Sinta pun menyuruh Laksmana untuk mengumpulkan kayu bakar sebanyak-banyaknya dan membuat api unggun. Sinta kemudian melompat ke dalam api tersebut. Dari dalam api tiba-tiba  muncul Dewa Brahma dan Dewa Agni mengangkat tubuh Sinta dalam keadaan hidup. Hal itu membuktikan bahwa Sinta masih Suci sehingga Rama pun dengan lega menerima kembali Sinta.

Rama, Sinta dan Lakshmana lalu kembali ke Ayodhya, mereka disambut oleh Bharata dengan upacara kebesaran. Bharata kemudian menyerahkan takhta kepada Rama sebagai raja di Kerajaan Kosala. Tapi didalam pemerintahannya, terdengar desas-desus di kalangan rakyat yang meragukan kesucian Sinta. Rama merasa tertekan mendengar berita itu, maka ia memutuskan untuk membuang Sinta yang sedang mengandung ke dalam hutan.

Semasa pembuangan, Sinta ditolong seorang resi bernama Walmiki dan ia diberi tempat tinggal.Sita melahirkan sepasang anak kembar dan diberi nama Lawa dan Kusa. Keduanya dibesarkan dalam asrama resi Walmiki dan diajari nyanyian yang mengangungkan nama Ramacandra, ayah mereka.

Suatu saat, Rama mengadakan upacara Aswamedha. Ia melihat dua pemuda kembar yang muncul dan menyanyikan sebuah lagu indah yang menceritakan tentang kisah perjalanan dirinya dulu. Rama pun akhirnya menyadari kalau kedua pemuda itu adalah Lawa dan Kusa, puteranya sendiri. Rama pun meminta Lawa dan Kusa untuk membawa ibunda mereka, Sinta untuk kembali ke Ayodhya.



Sumber :
1. http://id.wikipedia.org/wiki/Rama
2. http://id.wikipedia.org/wiki/Ramayana
3. http://wayang.wordpress.com/2010/07/18/ramayana/
4. http://id.wikipedia.org/wiki/Kakawin_Ramayana
5. http://www.hadisukirno.com/artikel-detail?id=91

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...